Ummuka, Ummuka, Ummuka (ibumu, ibumu, ibumu)
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Goresan persembahan kepada setiap sosok yang ditakdirkan menjadi ibu
Tentang ibu, tak terhitung sudah jumlah kearifan yang diciptakan manusia sepanjang sejarah kehidupan: narasi, syair, novel, cerpen, puisi, lagu dalam berbagai genre.
Jika seandainya ada kosakata yang layak dijadikan jimat kehidupan, maka kosakata itu adalah kata “ibu”.
Ibu, sosok yang sudah terhormat sebelum dihormati, maka sebenarnya tidaklah patut jika seorang anak mengklaim merasa berjasa telah menghormati ibunya.
Ibu, sosok yang bahkan sudah mulia dan termuliakan sebelum dimuliakan oleh teks-teks agama.
Ibu, sosok yang mestinya sudah diperlakukan dengan baik dan santun, sebelum para penceramah dan pengkhotbah menganjurkan dan memerintahkan kewajiban memperlakukan ibu, pada posisi nomor dua, setelah Tuhan.
Ibu, sosok yang tak bisa dan memang tak mungkin digantikan oleh siapapun, walau kadang terpaksa memposisikan diri untuk menggantikan peran orang lain.
Dalam setiap rumah tangga, setiap pojok dan titik yang pernah disentuh oleh tangan ibu, atau pernah ditapaki oleh kaki ibu, atau sekedar dikomentari sepintas oleh ibu, apalagi pernah meraih ungkapan pujian oleh ibu, bahkan yang mendapatkan kemarahan dan kebencian ibu sekalipun, semua akan menjadi kenangan tak tergantikan, dan tak terbeli oleh seberapa pun harta dan duit yang kita kumpulkan atau status yang kita raih.
Sabda Nabi tentang “Ummuka, ummuka, ummuka”, tiga kali untuk sang ibu, dan setelah itu ayah, lebih sebagai ungkapan simbolis. Sebab tiga adalah awal bilangan jama’ (plural), dan setiap jama’ adalah simbol tak berbilang, jumlah tak berbatas dan bilangan yang tak berujung.
Syarifuddin Abdullah | Kamis, 22 Desember 2016 / 23 Rabiul Awal 1438H

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Filosofi Filsafat
Sabtu, 20 Juli 2024 14:58 WIB
Pertempuran dan Adu Drone di Langit Ukraina
Senin, 13 Februari 2023 05:57 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler